Hari ini, di era demokrasi yang semakin berkembang dan banyak perubahan di segala sendi kehidupan berbangsa dan bernegara telah memunculkan sebuah kekuatan baru yaitu kekuatan media atau pers.
Pada mulanya, media dijadikan sebagai alat komunikasi dan propaganda isu dan informasi yang berkembang di masyarakat dan kehidupan pemerintahan. Media dianggap sebagai penyambung lidah alternatif selain melalui suara wakil rakyat di gedung nan megah DPR RI.
Kekuatan pilar keempat demokrasi ini semakin tumbuh dengan pesat karena perkembangan teknologi dan era keterbukaan informasi global. Pada akhirnya ketergantungan akan media dalam kegiatan sehari-hari semakin tak terelakkan.
Media dalam era sekarang ini ibarat pedang bermata dua, di satu sisi memberikan pencerdasan informasi pada masyarakat dan di sisi lain menghancurkan mental anak bangsa. Mengapa demikian?
Sisi Positif
Media informasi yang begitu pesat mengakibatkan informasi di seluruh dunia ibarat digenggaman tangan apalagi dibantu dengan teknologi internet dan gadget terbaru menjadikan hidup dengan akses penuh terhadap “dunia”.
Selain itu, kepekaan politik dan kepedulian terhadap kondisi sesama warga negara akan semakin terpupuk karena informasi yang realtime tersebut. Tak hanya untuk keluarga sendiri namun kondisi masyarakat di pulau lain.
Peran utama media sebagai penyalur aspirasi rakyat juga terbukti mampu memberikan informasi bottom up yang lebih menjanjikan untuk ditindaklanjuti oleh para “penguasa”. Suara rakyat kecil ibarat bola salju yang semakin membesar oleh “kreativitas” media.
Sisi Negatif
Perkembangan media yang sangat pesat memotivasi industri ini untuk saling bersaing untuk menjadi terbaik dalam pemberitaan maupun isu yang dikembangkan. Sehingga sering muncul berita-berita “sampah” yang tak berguna hanya untuk mengisi dateline yang telah ditentukan. Begitu banyak informasi tak bermutu yang menghiasi situs-situs media maupun berita live di televisi. Inilah bentuk kepentingan dan keegoisan media di era global.
Berbicara media tak berlepas dari kekuatan politik dan pemerintahan. Siapa yang menguasai media maka akan mampu mengusai isu nasional bahkan internasional. Isu-isu yang sengaja dikerucutkan untuk kepentingan politik ini menjadikan media hanya sebagai alat pemenuhan kepentingan golongan. Sudah saatnya media bersikap objektif dan independen!
Sang Penghancur
Poin utama peran utama dari pergeseran peran media adalah lunturnya jiwa nasionalisme anak bangsa. Sudah menjadi rahasia umum bahwa prinsip jurnalistik adalah “kabar buruk adalah berita baik, kabar baik adalah berita buruk” yang membuat media berperan sangat signifikan menunjukkan kekurangan-kekurangan bangsa ini. Sangat tak terelakkan dalam keseharian kita bahwa setiap waktu kita disuguhkan berita mengenai kekurangan bangsa ini, kasus-kasus ketidakteladanan pemimpin-pemimpin rakyat, korupsi, perbuatan amoral, kondisi ekonomi bangsa, atau uang negara yang terus dikeruk oleh asing. Hal ini bukan berarti saya membela pemerintah yang sedang berkuasa.
Mungkin hal tersebut benar dan dapat dibuktikan secara objektif, namun tidak relevan jika hanya kekurangan-kekurangan saja yang diinformasikan. Padahal masih banyak hal positif dari bangsa ini yang menjadikan kita bangga sebagai putra bangsa.
Tak dapat dipungkiri isu-isu negatif dari media terhadap bangsa ini membuat sebuah paradigma bahwa bangsa ini sangatlah buruk dan tidak ada hal yang bisa dibanggakan dari negara kita ini. Paradigma tersebut yang tertanam pada generasi muda saat ini. Jika hal ini terus berlanjut maka sangatlah wajar jika para pemuda akan apatis terhadap bangsa ini.
Pemuda yang apatis tak akan memberikan sumbangsih untuk bangsa justru hanya menjadi masalah baru bagi bangsa ini. Siapakah yang bertanggung jawab dengan semua ini???...
Hal-hal besar adalah akumulasi hal-hal kecil
Media : Sang Penghancur Nasionalisme
Reviewed by adie
on
Januari 17, 2012
Rating:
Tidak ada komentar: