Subscribe Us

banner image

Antara Dipikirkan dan Dikerjakan


Layaknya sebagai seorang aktivis mahasiswa mempunyai berbagai aktivitas berorganisasi dan berpolitik, selain itu pula mempunyai aspek tanggung jawab dalam segi akademik. Dalam menjalankan kedua aktivitas tersebut kita dituntut untuk tidak "memihak" pada salah satu aktivitas dan melupakan aktivitas lainnya.

Dari berbagai aktivitas tersebut muncul sebuah fenomena menarik yaitu kesalahpahaman memaknai dan menempatkan aspek konsep dan teknis dalam berbagai aktivitas. Di sini kita mengambil contoh tentang pembuatan tugas akhir.


Berbicara mengenai tugas akhir kita akan melalui dua fase kerja sekaligus yaitu fase mengonsep dan mengerjakan. Bisa dibilang saat kita menentukan tempaat PKL dan judul PKL maka kita sedang melalui fase mengonsep (80:20). Kemudian ketika menjalani proses PKL maka sejatinya kita sedang melewati fase mengerjakan (20:80).

Untuk kasus pertama, ketika fase mengonsep dan ada pertanyaan, "Lagi sibuk apa sekarang?" maka spontan kita akan menjawab "ini lagi mikirin tugas akhir dan PKL". Ketika jawaban tersebut disampaikan maka jawaban tersebut dapat "diterima" karena memang kita dalam fase "memikirkan". Namun, lain halnya ketika dalam masa  PKL kita menjawab "sedang mikirin PKL nih" akan muncul sebuah kerancuan, karena sebenarnya kita sedang "mengerjakan" PKL. Setiap pulang pergi tempat PKL untuk "bekerja" bukan?

Kejadian di atas kita lihat dari sisi akademik, jika dilihat dari segi aktivitas organisasi akan lebih sering ditemui kerancuan seperti ini. Kita ambil contoh akan diadakan kegiatan kajian Islam pekanan yang sudah rutin di kampus, untuk pelaksanaan acara tersebut mungkin cukup 8-10 orang untuk mempersiapkannya baik untuk menghubungi pembicara, publikasi, persiapan tempat, konsumsi, dan logistik lainnya (karena memang rutin). Ketika kita bertemu pada salah seorang "panitia" di masjid kemudian saya bertanya, "lagi sedang sibuk apa akh?", kemudia ia menjawab, "ini, ana lagi sibuk mikiran kajian pekanan buat besok sore. pembicara sama publikasi belum fix akh."

Kita pasti beberpa kali mendengar jawaban serupa dari rekan-rekan kita. Apabila kita dengar sekilas nampak tidak ada yang aneh apalagi salah. Namun, bila dicermati dari segi bahasa ada janggal sepertinya.

Kita ambil logika sederhana, acara tersebut bersifat rutin (bahkan tiap pekan), dan persiapan ya cuma "itu-itu aja" bahkan panitianya juga  "itu-itu aja". Ketika dalam kondisi tersebut sepertinya sangat tidak layak jika katakan "sedang memikirkan". Karena yang sedang dibutuhkan saat itu adalah gerak cepat untuk menyelesaikan kekeurangan yang ada. Jika hal tersebut hanya kiasan saja tidak jadi masalah sebenarnya, tetapi jika dalam kondisi darurat seperti itu masih sekedar "memikirkan" mau jadi seperti apa acara itu nantinya? Karena sekedar memikirkan takkan menyelesaikan, yang dibutuhkan kerja dan karya.

Mari letakkan segala hal sesuai porsinya, hal-hal kecil yang bituhkan adalah kemauan untuk berkorban dan memeras keringat, dan hal-hal besar disiapkan dengan pemikiran yang mantap dan pengorbanan yang lebih besar pula.

"Sudah begitu banyak waktu yang kita habiskan untuk berpikir dan merenung, saatnyalah kita bergandeng tangan untuk bergerak, bekerja, dan berkarya."

Tangerang, 15 Maret 2013
Rumah Peradaban
Antara Dipikirkan dan Dikerjakan Antara Dipikirkan dan Dikerjakan Reviewed by adie on Maret 16, 2013 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Comments System

[blogger][disqus][facebook]
Diberdayakan oleh Blogger.