About

banner image

Jumat, 23 Desember 2011

Darah Perjuangan


Cucuran letih diterik panas jalan perjuangan
Peluh keringat membasahi raga yang lunglai
Debu merayap di trotoar menanti teriakan-teriakan aktivis
Tangis dikala penat dalam kegelisahan jiwa
Itulah yang mungkin pernah dan akan slalu kita rasakan…

Di dunia lain…
Dentuman bom-bom senantiasa menghantui setiap perjalanan
Mortir melayang-layang mencari mangsanya
Bukan bercucuran keringat, tapi bermandikan darah
Bukan sekedar teriakan-teriakan, tapi peluru yang terlepas dari senjata
Tak sekedar waktu kuliah yang terkorbankan, tapi nyawa pun tergadaikan
Anak-anak kecil berlarian bermodal batu di tangan tanpa tahu apa yang di hadapnya..

Wahai kawan…
Seberapa banyakkah waktu yang telah kita berikan untuk berjuang?
Berapa banyakkah kita menginfaqkan rizki yang kita punyai untuk anak-anak yang tidak cukup makan?
Sudah berapa kalikah kita tidak kuliah untuk ikut aksi di jalanan?
Sudahkah kita saling memahami dalam perjuangan  ini?

Letih memang letih
Penat memang penat
Tetesan air mata pun wajar…

Tapi, apakah cukup dengan itu semua kita mampu mencicipi surga-Nya yang abadi?
Layakkah kita disebut seorang Pejuang Islam?
Pantaskah jikalau kita meninggal akan dikatakan sebagai syuhada?
Atau masih berbanggakah kita sebagai tentara ALLAH?

Sehingga masih layakkah kita berkeluh kesah?

Obama dan Nobel Perdamaian

Pada Jumat malam (9/10), Komite Nobel Perdamaian di Oslo, Norwegia mengumumkan bahwa Presiden AS, Barack Obama memenangkan hadiah Nobel Perdamaian yang sangat bergengsi. Hal tersebut cukup mengejutkan beberapa pihak, karena Obama belum genap setahun menjabat sebagai presiden negara adidaya tersebut. Menurut Komite Nobel Perdamaian, Obama meraih penghargaan nobel karena upayanya untuk meningkatkan diplomasi internasional, terutama menjalin hubungan dengan negara muslim dan juga karena upayanya untuk melucuti senjata nuklir.

Sejak menjadi presiden AS mulai Januari 2009 lalu, Obama berusaha membentuk gambaran dan pandangan baru mengenai hubungan AS dengan negara-negara di dunia, terutama negara muslim yang selama ini AS dianggap menjajah dan memusuhi negara muslim disaat kepemimpinian George W. Bush. Namun, hal tersebut belum sepenuhnya sesuai dengan kenyataan. Di satu sisi Obama menyerukan perdamaian, di sisi lain AS masih terus menginvasi Irak dan Afghanistan.

Sungguh amat disayangkan, Liga Arab juga memberikan apresiasi kepada Obama atas Nobel Perdamaian yang baru saja diraihnya. Seakan-akan mereka lupa apa yang telah dilakukan oleh sekutu utama AS, Israel di Palestina.Yahudi Israel laknatullah telah mebuat sengsara saudara-saudara kita di Palestina.

Israel dengan semena-mena telah menumpahkan darah muslimin, menawannya, dan juga mengisolasinya. Israel dan AS adalah sama-sama penjajah sejati yang harus di enyahkan dari muka bumi.

Selain di Palestina, banyak umat muslim yang menderita. Di Afghanistan, Irak, dan juga Pakistan. Amerika Serikat mengatasnamakan penumpasan terorisme dan juga demi perdamaian dunia, padahal yang AS lakukan adalah sebuah wujud penjajahan yang nyata untuk mendapatkan kekayaan sumber daya alam berupa minyak bumi dan gas alam yang dimiliki negara-negara tersebut. Penjajahan yang membuat kesengsaraan yang berkepanjangan, konflik, kemiskinan, dan lain-lain.

Selain memperbaiki hubungan dengan dunia Islam, Obama juga ingin membebaskan dunia ini dari senjata nuklir. Dengan dalih ini juga AS telah menghancurkan Irak dan menjajahnya. Sekarang AS tengah berusaha untuk menguasai Iran dengan isu-isu mengenai penggunaan nuklir ini. Padahal Iran melakukan pengayaan uranium hanya untuk mencukupi kebutuhan energi listrik di negaranya.

Ironis sekali memang, seorang yang selama ini mengorbankan api peperangan di berbagai negara – terutama negara arab, negara Islam—dianggap sebagai seorang yang layak menjadi pelopor terwujudnya perdamaian di bumi. Ternyata banyak yang telah buta mata hatinya sehingga tidak bisa membedakan mana yang menyebabkan pertikaian dan mana yang membawa perdamaian.

Supriyadi

Diajukan sebagai syarat peserta

Dauroh Marhalah 1 KAMMI

(17-18 Oktober 2009)

Minggu, 18 Desember 2011

Refleksi (kumpulan refleksi diri)

Kita mungkin tahu sesuatu
Kita mungkin paham akan sesuatu
Tapi, kelemahan kita adalah enggan melakukan sesuatu.
Pejuang hanya memperjuangkan niat dan cita-cita yang luhur tanpa terkotori niat untuk terkenal atau dikenal.
Untuk menjadi pemenang, tidak harus mengalahkan orang lain. Justru kemenangan sejati adalah saat-saat bisa membuat orang lain menjadi pemenang-pemenang.
Kita jadi lebih perhatian pada siapa yang menyampaikan dan semua tindak tanduknya dibanding pesan itu sendiri. Dan itu suatu bentuk ketidaksadaran.

Mari renungi pernyataan Ali r.a.
"Dengar apa yang dikatakan bukan siapa yang mengatakan."
Sabar memberikan kenikmatan tersendiri bagi orang yang mampu menggenggamnya.
Seandainya jalan dakwah memberikan kemudahan tanpa ujian pasti banyak sekali yang ikut perjuangan dakwah
Kita seharusnya malu jika kepemimpinan setelah kita lebih buruk dari kita. Sebenarnya kegagalan tersebut adalah kegagalan kita.
Dakwah tidak dengan untaian kata indah penuh makna tapi tak terlaksana. Tapi dakwah adalah aksi untuk bekerja bukan berwacana.
Masa lalu adalah pelajaran, masa kini adalah pembuktian, dan masa depan adalah harapan.
Banyak orang dengan kemampuan luar biasa enggan berjuang
Tapi, banyak orang yang biasa-biasa saja namun MAU berjuang dan berkorban.

Untuk yang pertama,surga bukan buat antum!
Untuk yang kedua, Allah bersamamu kawan!
Suatu saat orang yg dianggap "sampah" akn memberikan pertolongan kepada orang-orang yang telah mencacinya.
Karena ia amat ikhlas...
Sebenarnya kita berjuang, menjadi aktivis untuk siapa. Apakah untuk kejayaan organisasi dan label pribadi. Ataukah untuk keberhasilan dakwah yang berhadiah kekal di surga.
Pemimpin itu disiapkan dengan sebaik-baiknya. Tidak semerta-merta menjadi pemimpin karena kebutuhan tanpa disiapkan. Sesungguhnya setiap kita bekewajiban menyiapkan generasi terbaik untuk kemaslahatan peradaban sebuah tanggung jawab yang melekat dg nilai keimanan dan penghambaan.
Ibnu Abbas berkata, “Jika seorang berilmu tidak mampu berkata saya tidak tahu maka tidak mengapa jika dia diperangi.”
Disadari atau tidak, setiap waktunya kita mengalami perubahan baik dalam diri kita maupun lingkungan.
Uniknya,kita jarang merasakanya bahkan setiap masalah baru selalu dihadapi dengan cara-cara lama.
Kembali memahami esensi dakwah.
Seiring prkmbangan dakwah dan bertmbahnya jumlah aktivis menmbulkan bnyak persoalan yg sbenarnya bermula dari pembinaan.

Sabtu, 17 Desember 2011

Kontribusi Tak Kenal Henti

"Berkontribusi dan berkarya tak pernah memandang usia dan jabatan. Tetapi besarnya karya bergantung seberapa tekad dan keikhlasannya"


"Tak memberi karena merasa tak pernah diberi menandakan hati yang miskin dan perlu dikasihani. Maka jadilah kaya dengan memberi sepenuh hati."


"Terkadang 1000 orang mencerminkan semangat perjuangan satu orang dan terkadang 1 orang memiliki semangat 1000 orang."

Rabu, 30 November 2011

Dimanakah Engkau Aktivis IMAKA???

IMAKA
Hari ini, suasana kampus mulai menggeliat dengan aktivitas keorganisasian yang dilakukan oleh segelintir orang yang biasa dijuluki sebagai organisator atau aktivis. 

Sabtu, 12 November 2011

Sumpah Pemuda: Gerakan Cinta Identitas Indonesia


Salam Pemuda
Salam Kebangkitan Indonsia

Sedikit menguak sejarah sumpah pemuda.  Sumpah Pemuda yang sangat terkenal dan dikenang oleh Bangsa Indonesia adalah hasil dari Kongres Pemuda ke-2 yang dilaksanakan di Jakarta. Kongres Pemuda ke-2 dilaksanakan pada 27-28 Oktober 1928 dalam tiga kali rapat di tiga tempat pertemuan yang berbeda-beda. Dalam Kongres tersebut dibahas mengenai perjuangan Bangsa Indonesia  sehingga timbul semangat persatuan dari para Pemuda Indonesia. Sehingga Sumpah Pemuda itu sendiri memberikan spirit kebangkitan yang begitu menggelora di hati para Pemuda dan Pejuang Indonesia.

Mari menggali makna “Sumpah Pemuda”. Sumpah Pemuda terdiri dua kata yaitu kata “sumpah” dan “pemuda”. Secara definisi sumpah berarti pernyataan, ikrar, atau janji. Hal tersebut menunjukkan adanya sebuah komitmen untuk melakukan hal-hal yang diikrarkan. Kata kedua yaitu pemuda, pemuda sendiri  melambangkan kekuatan, semangat, dan tekad yang masih membara. Pemuda adalah manusia dengan tingkat produktivitas dan kreativitas yang paling tinggi dalam keseluruhan masa hidup manusia. Jika kedua kata tersebut digabung maka dapat diartikan bahwa Sumpah Pemuda berarti sebuah ikrar yang dilakukan oleh individu-individu yang memiliki semangat juang dan tekad yang kuat. Sehingga semangat tersebut menggelora dan “menular” di seantero Nusantara.
Pada 28 Oktober 2011 genap 83 tahun Ikrar yang sangat fenomenal tersebut kembali menggelora. Namun, ada yang sedikit berbeda melihat semangat juang para pemuda saat ini yang hanya menjadikan peringatan sumpah pemuda adalah sebuah ritual formalitas saja namun tidak terinternalisasi dalam diri pemuda saat ini. Kondisi ini sesungguhnya sangat membahayakan bagi Identitas Bangsa Indonesia secara keseluruhan dan mungkin beberapa masa yang kan datang identitas Indonesia akan punah dari peradaban dunia.
Identitas Indonesia sebenarnya sudah terangkum dalam sumpah Pemuda. Ketiga aspek dalam sumpah pemuda merupakan intisari dari identitas Indonesia. Sangat disayangkan bila hal tersebut sudah tidak menjadi jiwa bagi para pemudanya. Maka mari kita gelorakan kembali semangat Sumpah Pemuda dengan “Gerakan Cinta Identitas Indonesia” yang meliputi:
1.   Gerakan Cinta Tanah Air
Kita harus bangga ketika berjuang membawa nama tanah air Indonesia. Mari kita kembangkan cara pandang kita bahwa bukan atlet saja yang berjuang membawa nama Indonesia tapi setiap warga Negara wajib bangga dengan Indonesia. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan:
a.      Membeli produk-produk hasil produksi anak bangsa
b.      Menempuh pendidikan di Negara sendiri terutama untuk kuliah
c.       Berkarya dan mengabdi untuk ilmu pengetahuan Indonesia (meski apresiasi yang kurang)
d.      Berwirausaha sendiri daripada bekerja pada perusahaan asing.
2.   Bangga dengan kemajemukan Indonesia
Indonesia biasa disebut dengan Nusantara memiliki banyak sekali keanekaragaman meliputi suku, bahasa, budaya, dan adat istiadat. Kita harus melestarikan budaya asli Indonesia dan kita kurangi budaya “pengikut” Barat dari diri kita
3.      Cinta Bahasa
Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan, namun penggunaannya kini hanya terbatas pada pidato-pidato formal pemerintahan atau lingkungan akademisi  dan tulisan-tulisan karya ilmiah. Selebihnya kita lebih sering menggunakan bahasa “gaul” atau bahasa Inggris yang lebih keren (katanya). Mari kita bangun kebanggaan dan kebiasaan berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Kawan-kawan pemuda, malulah kita jikalau kita menyaksikan kepunahan identitas bangsa kita yang tercinta ini dan akan lebih malu jika kita termasuk orang Indonesia yang plagiat dengan budaya asing.

Salam cinta tanah air
Salam sayang Indonesia untuk Senyum Bumi Pertiwi….

Persepsi...

IMAKA, berbicara mengenai IMAKA pasti akan terbesit bahwa sebuah "negara" mahasiswa yang kecil namun penuh dengan dinamika serta problematika. Melihat kondisi yang ada, terdapat inspirasi mengenai fenomena yang ada. Sebuah pemikiran pun muncul, "IMAKA tak pernah bersatu karena persepsi yang tak pernah satu --disatukan--.

Bukan mengritik atau menggugat, tapi keinginan untuk merubah realitas yang ada menjadi dorongan untuk mengungkapkan hal ini. Terlepas dari rekan-rekan yang kurang sepakat, hal inilah yang selama ini terlihat dalam keseharian.

Sebuah spirit baru ketika teriakan "IMAKA Bersatu" itu terlontar dan diteriakkan oleh mahasiswa-mahasiswa yang peduli terhadap nasib IMAKA ini. Namun, ternyata IMAKA bersatu belum mampu terwujud sesuai cita-cita yang diinginkan. Begitu banyak dinamika dan budaya yang mungkin harus bergesekan dengan cita-cita itu. Salah satu yang terlihat adalah keengganan untuk saling memahami dan membuka diri untuk menyamakan persepsi. Contoh nyata adalah tentang begitu banyak persepsi pada AD/ART IMAKA yang seharusnya menjadi "kitab" acuan bagi seluruh mahasiswa. Miris memang, namun tak bisa berbuat banyak.

Semoga suatu ketika nanti ada keinginan untuk menyatukan IMAKA ini dengan dukungan semua pihak. Ketika berbicara IMAKA, jadilah kita sebagai seorang mahasiswa yang peduli, bukan sebagai anggota dari komponen yang ada di IMAKA.
IMAKA membutuhkan kita semua untuk membawa IMAKA kepada tujuannya.

Hidup Mahasiswa!!!

repost pada 02 Oktober 2010 jam 20:08

KAMMI dan Perubahan

"Segala sesuatu akan berubah kecuali perubahan itu sendiri"

KAMMI sebagai salah satu organisasi pergerakan memiliki aksioma terhadap perubahan yang ada, terutama perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat. Perubahan sosial adalah suatu perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat yang meliputi bidang ekomomi, politik, sosial dan budaya.

Semenjak 12 tahun lebih KAMMI berdiri, KAMMI selalu mengiringi perubahan-perubahan dalam sistem kemsyarakatan Indonesia. KAMMI sebagai organisasi masyarakat dan kepemudaan memosisikan KAMMI pada peran penting dalam masyarakat. Pemuda adalah penggerak setiap perubahan yang terjadi (revolusi dan reformasi), sehingga para pemuda yang notabene kader KAMMI selalu berupaya menjadikan perubahan sosial kepada yang lebih baik dengan solusi-solusi Islam yang ditawarkannya.

Seiring perjalanan perjuangan yang panjang itu KAMMI pun berusaha beradaptasi agar mampu menyikapi perubahan-perubahan yang terjadi. Salah satu perubahan itu terlihat dari gerakan aksi yang merupakan ciri khas KAMMI. Dulu, KAMMI identik dengan aksi jalanan dengan tebaran panji-panji dan teriak takbir. Tapi, saat ini KAMMI merubah tipe aksinya kepada aksi intelektual baik dengan tulisan maupun media lain dengan menghasilkan karya nyata.

Kepada Kader KAMMI, teruslah bergerak agar engkau tak tergantikan oleh generasi yang baru. Siaplah untuk berubah agar engkau mampu membawa perubahan dan kejayaan Islam.

Allahuakbar.

repost pada 02 Oktober 2010 jam 19:51

Konsolidasi Gerakan

Pemuda, begitulah suara yang sering menggaung-gaung ditelinga para pelajar terutama mahasiswa. Mahasiswa adalah pemuda dan pemuda adalah mahasiswa, mahasiswalah yang menjadi simbol dari para pemuda secara keseluruhan.

Berbicara mengenai mahasiswa pasti identik dengan perubahan, generasi yang membawa secercah harapan untuk bangsa ini. Pemudalah yang akan menggantikan kepemimpinan masa sekarang. Mahasiswa juga akrab dengan sebutan agent of change (agen perubahan).

Mari bersama-sama kita telaah makna dari agent of change ini.Jika memang benar kita -- mahasiswa -- adalah agen perubahan maka sebenarnya perubahan yang seperti apa yang harus kita lakukan dan untuk apa perubahan tersebut kita lakukan. Sejenak merenungi peristiwa-peristiwa unjuk rasa dan aksi-aksi mahasiswa beberapa waktu lalu, sebenarnya ada sebuah kekosongan muatan yabng substansial dari gerakan mahasiswa tersebut. Gerakan mahasiswa sekarang cenderung reaktif dan terkadang dekstruktif -- bahkan anarkis--. Miris memang melihat keadaan seperti itu. Muncul pertanyaan benarkah mahasiswa masih bergerak dengan idealisme kebenarannya atau mahasiswa hanya sebagai agen -- alat -- beberapa kelompok kepentingan.

Satu catatan penting adalah terjadinya benturan-benturan di lapangan pada saat aksi misalnya. Ada beberapa kelompok gerakan yang saling mencaci, saling menghujat, dan berbangga diri atas gerakannya. Bahkan tak jarang sampai terjadi saling serang dan membawa korban jiwa. Perbedaan adalah sesuatu yang wajar dan memang harus ada untuk menciptakan ide-ide baru yang dilihat dari berbagai sudut pandang. Seharusnya perbedaan yang ada ialah seperti perbedaan warna pelangi yang saling melengkapi dan menjadikan pelangi indah. Pelangi takkan indah bila hanya ada satu warna.

Masih layakkah kita menyandang gelar agent of change? Masyarakat sekarang sudah jenuh dengan pola mahasiswa yang sering kali mengatasnamakan kepentingan rakyat tetapi justru merusak fasilitas masyarakat itu sendiri, membuat kerusuhan dan sebagainya. Memang tidak semua organisasi mahasiswa bertindak demikian namun ada pepatah yang mengatakan, "karena nila setitik rusak susu sebelanga". Sehingga masyarakat akan memandang image yang negatif terhadap semua gerakan mahasiswa.

Saatnya untuk membersihkan idealisme mahasiswa dari berbagai kepentingan kelompok atau bahkan perorangan. Gerakan mahasiswa bukan hanya untuk mencari eksistensi dan popularitas, namun lebih dari itu untuk membawa perubahan keadaan bangsa ke arah yang lebih baik.
Satu solusi adalah dengan adanya KONSOLIDASI GERAKAN MAHASISWA yang tidak meleburkan karakter dan warna masing-masing tapi untuk menyatukan tujuan bersama. Ide-ide solutif akan hadir ditengah-tengah berbagai pola pikir dan cara pandang.
Seperti Indonesia yang didirikan diatas prinsip Bhineka Tunggal Ika.

Seruan CINTA untuk Mahasiswa.
Idealisme untuk kebenaran.
Hidup Mahasiswa!!!


repost pada 25 Juni 2010 jam 16:09